SAR Hidayatullah Aktifkan 8 Posko Tanggap Darurat untuk Bencana Sumatera
SAR Hidayatullah membentuk Tim Gabungan dan mengaktifkan delapan posko tanggap darurat di Sumatera untuk mempercepat penanganan korban banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.
Koordinator Lapangan, Tafdhil Umam, menyampaikan bahwa status bencana masih berada pada tingkat siaga tinggi karena banyak wilayah yang terisolasi, akses jalan terputus, dan distribusi logistik belum merata.
“Hari ini tim kami bergerak di tiga provinsi dengan fokus evakuasi, asesmen, dan distribusi logistik. Kondisi di lapangan jauh dari pulih. Air bersih, listrik, dan bahan pangan masih sangat minim,” ujar Tafdhil Umam di Posko Utama Medan, Rabu (3/12/2025).
Tim Gabungan Hidayatullah kini mengoperasikan delapan posko: Medan (Sumut), Aceh Besar, Sipange (Tapanuli Tengah), Padang, Pauh (Padang), Singkarak (Solok), Bukittinggi, dan Langkat. Seluruh posko difungsikan sebagai pusat logistik, dapur umum, dan koordinasi relawan antarprovinsi.
Menurut laporan tim, dampak bencana terbesar terjadi di Sumatera Barat dengan 776 korban meninggal, 564 hilang, dan 2.600 luka. Di Aceh, korban meninggal mencapai 277 jiwa dan disebut relawan sebagai “dampak terluas sejak tsunami 2004”. Sementara di Sumatera Utara tercatat 85.591 pengungsi dengan 305 titik posko pengungsian, dan 90 korban meninggal ditemukan di Tapanuli Tengah.
Tafdhil menjelaskan bahwa akses menuju area terdampak masih menghadapi banyak hambatan. “Sibolga bisa ditembus tapi butuh tiga kali lipat waktu tempuh normal. Akses utama ke Tapanuli Tengah lewat Tarutung tidak bisa dilalui. Perjalanan Medan–Tapteng memakan waktu 24 jam untuk tim kami,” katanya.
Hari ini Tim Gabungan membagi operasi menjadi empat kelompok. Tim 1 membuka akses jalan dan membersihkan Pesantren Tahfidz Agrowisata di Sipange. Tim 2 melakukan operasi pencarian korban bersama Basarnas di KM 15 Kalangan dan menemukan tiga korban meninggal. Tim 3 bertugas mengamankan suplai BBM, sementara Tim 4 membantu dapur umum untuk pengungsi. Tim asesmen juga dikirim ke Tukka, Pinang Sori, dan Aek Korsi.
Temuan tim lapangan menunjukkan sejumlah masalah serius, terutama kurangnya perlindungan terhadap kelompok rentan serta tidak beroperasinya pasar lokal. “Kami menemukan seorang ibu yang baru melahirkan namun masih berada di pengungsian umum tanpa ruang pemulihan. Situasi seperti ini butuh penanganan cepat,” tegas Tafdhil.
Sumber daya operasional juga sangat terbatas. Listrik sering padam, jaringan telekomunikasi tidak stabil, pasokan bahan pokok langka, dan harga barang naik signifikan. “BBM hampir tidak ada, bank dan ATM belum beroperasi, dana operasional tim menipis. Untuk komunikasi di wilayah tanpa sinyal, kami sangat membutuhkan Starlink,” kata Tafdhil.
Ia menegaskan bahwa kebutuhan paling mendesak dalam 72 jam ke depan adalah air bersih, sembako, genset, makanan cepat saji, selimut, LPG, perlengkapan kebersihan, sepatu boot, serta dana operasional untuk posko Medan, Padang, dan Tapanuli Tengah. Untuk kelompok rentan, tim memprioritaskan popok bayi, susu anak, minyak kayu putih, dan selimut tambahan.
Ke depan, Hidayatullah akan mengoptimalkan Posko Medan sebagai pusat koordinasi Sumut–Aceh–Sumbar, meningkatkan publikasi dan relawan, serta menjangkau titik-titik terisolasi bersama struktur daerah. “Ini bencana besar dan tidak bisa ditangani sendiri. Kami berharap dukungan logistik, akses wilayah, dan bantuan pendanaan dari berbagai pihak agar penanganan darurat dapat berlanjut,” ujar Tafdhil.
Posko Utama Hidayatullah berada di Sari Rejo, Medan Polonia, sementara koordinasi lapangan dikelola langsung oleh Koordinator Wilayah, Tafdhil Umam (0812-3501-1187) dan Ketua Posko Utama, Murdianto (0813-4063-3755). Tim menyatakan status darurat masih berlangsung dan upaya penyelamatan akan dilanjutkan tanpa jeda. (cha/sar)
